Bab 3 - Hipnosis, sebuah Pembelajaran
Mari kita berangkat dari apa yang umum dipahami orang banyak. Hipnosis adalah ilmu membimbing orang memasuki trance, yakni keadaan serupa tidur, tetapi bukan tidur fisiologis yang biasa kita alami sehari-hari. Perbedaannya dengan tidur fisiologis, dalam tidur hipnotik atau trance, orang bisa merespons sugesti.
Dengan membawa orang memasuki trance, hipnosis menjalankan fungsinya sebagai perangkat untuk menjadikan orang lebih cakap atau biasa disebut dengan istilah “memiliki kompetensi bawah sadar”. Dalam sesi terapi, kompetensi bawah sadar ini biasanya berupa kecakapan untuk mengelola diri dalam segala situasi, sebagai hasil dari pelatihan atau pengondisian dalam keadaan trance.
Latihan-latihan untuk mewujudkan kecakapan itu dilakukan dengan cara memunculkan fenomena hipnotik, sesuatu yang hanya mungkin dilakukan oleh subjek dalam kondisi trance, ketika perilaku itu betul-betul dikendalikan oleh bawah sadar. Secara sadar, anda tidak mungkin membuat tangan anda matirasa, itu kompetensi bawah sadar. Secara sadar anda akan sulit sekali mengingat warna baju yang anda kenakan pada hari ulang tahun kelima. Bawah sadar anda memungkinkannya.
Sebelum lebih jauh, kita kembali dulu ke pengertian praktis tentang hipnosis sebagai ilmu membimbing orang memasuki trance. Tentu saja ada sejumlah definisi lain tentang hipnosis, tetapi saya memilih definisi praktis saja—sebuah pengertian yang berangkat dari pengalaman keseharian.
Dalam tradisi otoritarian, yang menerapkan sugesti langsung, orang mengenal teknik-teknik induksi dengan cara dan skrip baku untuk membuat orang memasuki trance. Dalam hipnosis jenis ini, ada prosedur uji sugestibilitas, yang dimaksudkan untuk mengetahui derajat sugestibilitas subjek. Uji sugestibilitas dimaksudkan untuk melihat apakah subjek ini termasuk kategori mudah atau sulit dihipnotis. Milton Erickson melakukan hipnosisnya dengan sugesti tak langsung; ia menerapkannya melalui percakapan dengan subjeknya. Dalam cara bercakap-cakap itulah gagasan ditanamkan dan sugesti-sugesti disampaikan.
Dalam panduan ini saya akan mengesampingkan teknik-teknik induksi baku yang lazim digunakan dalam hipnosis otoritarian. Panduan ini tentang Ericksonian Hypnosis dan hanya akan berfokus pada prosedur indirect hypnosis yang dipelopori oleh Erickson.
Untuk menerapkan Ericksonian Hypnosis, anda hanya memerlukan kata sebagai alat utama. Dengan kata anda membentuk bahasa. Dengan bahasa sanda menyampaikan gagasan; dengan bahasa anda menyampaikan sugesti; dengan bahasa anda berkomunikasi. Dan satuan terkecil bahasa adalah kata.
Anda mendalami hipnosis dengan memahami betul kata dan bagaimana cara menyampaikannya, juga pengaruhnya pada pemikiran dan perilaku orang. Dan anda menyampaikannya dengan bahasa yang bisa dicerna oleh subjek anda. Maka lupakan tentang pendulum, mata elang, cermin berputar, bola kristal, metronom, atau apa saja yang memberi kesan klenik pada praktek hipnotisme.
Karena berurusan dengan bahasa, yang disampaikan dalam cara tertentu sehingga memiliki kekuatan sugestif, maka tentu saja diperlukan kefasihan untuk menyampaikannya. Semakin fasih anda, semakin rileks anda. Semakin rileks anda, semakin meningkat kepercayaan diri anda untuk membimbing subjek anda memasuki trance.
Pendulum, cermin berputar, bola kristal, dkk
Memang ada alat-alat bantu yang biasa digunakan oleh hipnotis, seperti bandul, cermin berputar, mata elang, nyala lilin, bola kristal, atau apa pun yang lainnya. Dan anda tidak memerlukan alat-alat itu. Alat terpenting dan paling utama bagi hipnotis adalah kata.
Bandul atau pendulum dkk itu sesungguhnya tidak memiliki kekuatan apa pun, dan sesungguhnya nyaris tidak memiliki signifikansi dalam proses hipnosis. Tentu saja alat-alat semacam itu bukan tidak ada gunanya sama sekali. Mungkin alat-alat itu membuat si hipnotis lebih percaya diri. Atau alat-alat itu akan membuat orang berpikir bahwa itu semua adalah jimat yang memiliki kekuatan untuk menidurkan orang. Subjek yang memiliki anggapan begitu mungkin akan segera merasa mengantuk ketika kepadanya diperlihatkan sebuah bandul atau disuruh menatap cermin berputar.
Ia telah mensugesti dirinya sendiri bahwa alat-alat itu memiliki kekuatan sakti untuk menidurkan orang.
Dengan kenyataan seperti itu kita bisa menyimpulkan bahwa alat-alat itu ada gunanya untuk memudahkan pekerjaan hipnotis, tetapi sekaligus berpotensi menyebabkan sesat pikir di kalangan masyarakat tentang hipnosis. Jadi, ia tak banyak berguna bagi penyadaran. Karena itu tidak mengherankan jika sampai sekarang terus saja ada anggapan negatif tentang hipnosis. Bahkan ada sebagian yang mengharamkannya karena anggapan bahwa hipnosis bekerja dengan bantuan jin atau gendruwo atau apa pun.
Saya pernah bertemu dengan orang yang berkeras bahwa hipnosis adalah sebuah ilmu yang bekerja dengan bantuan jin. Dan karena itu haram. Saya membenarkannya soal jin sambil mengingatkannya agar tidak buru-buru bilang haram. “Saya mendapatkannya dari seseorang,” kata saya. “Karena mukjizat dari Tuhan, tiba-tiba ia mewarisi ilmu Nabi Sulaiman. Apakah menurut anda ilmu Nabi Sulaiman haram? Dan semua tindakan Nabi Sulaiman yang dibantu oleh jin itu harus diharamkan?”
Tujuan hipnosis
Ketika anda menerapkan hipnosis, tujuan anda jelas: untuk membuat subjek anda memasuki kondisi trance—ini keadaan yang memungkinkan subjek bisa mengaktifkan fungsi kreatif kesadarannya. Pola bahasa hipnotik Ericksonian ditujukan untuk kepentingan itu juga. Selanjutnya, ketika subjek sudah memasuki kondisi trance, anda memberikan pembelajaran melalui sugesti post-hypnotic, yakni sugesti yang diberikan ketika subjek dalam keadaan trance.
Dalam kondisi trance, faktor kritis pikiran sadar terlumpuhkan. Pada saat itulah gagasan-gagasan dimasukkan, agar subjek bisa memunculkan perilaku tertentu atau fenomena hipnotik tertentu. Pikiran bawah sadar tidak menjalankan fungsi kritis, ia menjalankan fungsi kreatif. Jadi dalam keadaan trance itu, subjek akan menjalankan sugesti yang disodorkan kepadanya sejauh ia sanggup melakukannya dan sugesti itu tidak bertentangan dengan prinsip moral yang diyakininya.
Pembelajaran yang disampaikan kepada bawah sadar membuat subjek bisa mengalami pengalaman-pengalaman tertentu tanpa campur tangan pikiran sadar.
Seberapa jauh keberhasilan proses pembelajaran di level bawah sadar ini? Sama seperti jenis-jenis pembelajaran yang lain, di sini strategi terapis sangat menentukan. Strategi tepat, cara penyampaian yang tepat, oleh instruktur yang mumpuni, akan memberikan hasil yang memuaskan.
Siapa yang bisa dihipnotis?
Setiap orang yang bisa mencerna gagasan bisa dihipnotis. Ada yang mudah, ada yang sulit. Ada yang kooperatif, ada yang resisten. Tugas anda adalah membimbing subjek, seperti apa pun, dalam cara yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
Erickson pernah menghipnotis subjek yang menanyakan apakah ia boleh sambil merokok selama sesi hipnosis dijalankan. Permintaan subjek dipenuhi. Erickson membimbingnya menuju kondisi trance dengan sugesti-sugesti yang dikaitkan dengan aktivitas mengisap dan menghembuskan asap rokok, perasaan nyaman yang didapat oleh subjek dengan tindakan itu, kemudian tentang asap yang membubung naik. Dan pada saat subjek mulai tertidur, Erickson meminta izin kepadanya untuk mengambil rokok dari tangannya.
Efektivitas pembelajaran dengan hipnosis
Pada dasarnya dengan hipnosis anda menyampaikan pembelajaran pada subjek anda. Anda memberi sejumlah instruksi, meminta subjek memunculkan fenomena hipnotik, meminta subjek dalam keadaan trance melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukannya dalam keadaan sadar, dengan tujuan untuk memanfaatkan fenomena trance demi tujuan tertentu. Tanpa hambatan dari pikiran sadar, bawah sadar menerima pelbagai instruksi dan masukan dan diharapkan menerima pembelajaran yang bermanfaat baginya untuk menangani simptom atau situasi tertentu yang semula menjadi gangguan. Itulah yang antara lain bisa anda lakukan dengan hipnoterapi.
Dengan melumpuhnya faktor kritis kesadaran, pembelajaran dilangsungkan di level bawah sadar dan langsung menjangkau wilayah kreatif kesadaran itu. Anda tahu, setiap bentuk keterampilan tidak lain adalah penguasaan kecakapan tertentu di level bawah sadar. Ketika anda terampil dalam bidang keahlian tertentu, anda bisa menjalankannya nyaris tanpa berpikir. Anda sudah tidak harus berpikir keras bagaimana cara membaca, cara makan, cara berjalan, cara berlari, dan sebagainya.
Seorang montir yang cakap tidak perlu berpikir keras untuk mengetahui kerusakan mobil yang harus ditanganinya dan ia akan segera tahu apa yang harus dilakukan agar mobil tersebut kembali beres.
Jika anda sudah terampil mengemudikan mobil, anda bisa mengemudi sambil menerima telepon dari seseorang, sambil menghidupkan radio dan memilih siaran radio yang anda inginkan, atau sambil merokok. Itu semua tidak mungkin dilakukan oleh orang yang baru belajaran mengemudi. Ia masih harus mengerahkan seluruh perhatian dan berkonsentrasi penuh pada bagaimana cara mengemudi sebaik-baiknya. Sampai nanti keterampilan itu sudah menjadi kompetensi bawah sadarnya, dan ia bisa menjadi sangat rileks kerena tidak lagi harus berpikir keras dalam melakukannya.
Nah, pembelajaran dalam kondisi trance adalah upaya untuk mempercepat penguasaan bawah sadar, sehingga dalam waktu yang relatif singkat orang memiliki kompetensi untuk, misalnya, menangani situasi yang sejauh ini membuatnya frustrasi, atau menjalankan perilaku baru yang lebih sehat dan lebih konstruktif, atau bagaimana mengatasi penderitaan fisik.
Penguasaan cepat kompetensi bawah sadar itu dimungkinkan karena pembelajaran terjadi di level bawah sadar, yang berlangsung tanpa campur tangan pikiran sadar. Lanjutkan ke pemesanan jika anda berminat mendalaminya.
A.S. Laksana
HP. 0878.83793924
Situs: http://www.1ericksonhipnotis.com
Blog: http://tranceformasi.blogspot.com