Bab 1 - "Bagaimana Cara Merangkai
Skrip Sugesti Ericksonian?"
Dengan ingatan samar-samar tentang satu buku yang dulu pernah saya baca, saya sengaja menamai bab yang baru saja anda lewati dengan sebutan Bab 0, mengikuti apa yang dilakukan oleh penulis buku tersebut. Saya tidak menamainya dengan Pengantar, yang diikuti dengan Pendahuluan, karena itu adalah bagian yang besar kemungkinan akan dilewati begitu saja oleh pembaca.
Jadi kenapa harus menulis bagian yang tidak dibaca orang? Maka saya pikir Bab 0 lebih menarik perhatian. Dan orang akan lebih mau membaca Bab 0 ketimbang Pengantar atau Pendahuluan.
Baiklah, sekarang kita mulai dengan satu pertanyaan yang paling sering saya terima dari mereka yang berminat mempelajari Ericksonian Hypnosis: “Bagaimana merangkai kalimat-kalimat sugesti yang disampaikan kepada subjek?”
Pertanyaan itu muncul karena ketika kita mempelajari Ericksonian Hypnosis, kita tidak akan disodori skrip-skrip baku yang biasa anda jumpai dalam hipnosis klasik.
Nanti anda akan mendapatkan jawabannya. Sambil melangkah ke sana, untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana skrip Ericksonian Hypnosis dibawakan, saya akan menyampaikan ilustrasi tentang dua orang yang datang ke rumah saya suatu malam. Yang seorang, namanya Dodi, sudah mempelajari hipnosis dari buku-buku dan dari temannya yang lebih dulu belajar. Sudah beberapa kali ia mempraktekkan apa yang dipelajarinya. “Kadang-kadang berhasil, kadang-kadang tidak,” katanya. Dodi mempelajari teknik-teknik yang lazim digunakan oleh hipnotis otoritarian untuk membuat orang tidur, mengawali hipnosisnya dengan uji sugestibilitas untuk mengetahui apakah seseorang bisa mengikuti sugesti dengan mudah atau sebaliknya.
Saya menanyakan kepadanya apakah ia sendiri sudah pernah merasakan pengalaman trance. Ia bilang sudah, yaitu ketika dihipnotis oleh teman yang mengajarinya. Hanya saja Dodi merasa itu mungkin hanya trance ringan sebab tidurnya tidak betul-betul nyenyak. “Saya masih bisa mendengar semua omongan yang disampaikan ke saya,” katanya.
“Jadi kau kemari ingin bicara tentang hipnosis, dan ingin merasakan tidur nyenyak di tempat ini?"
“Ya.”
“Ya, dan aku mengizinkanmu,” kata saya.
Mereka tertawa.
“Sebab sangat penting memberi kesempatan kepada orang lain untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Sekarang, silakan....”
Dodi mengatur duduknya mengikuti apa yang saya katakan. Kedua tangannya di atas paha. Yang seorang lagi, Husni, saya minta memperhatikan seluruh proses yang berlangsung. Kemudian saya melanjutkan pembicaraan dengan dengan Dodi sampai ia tidur. Ia menunjukkan dirinya subjek yang baik dengan memunculkan semua fenomena hipnotik yang diminta: ia bisa bangun hanya kepala, gagal mengendalikan gerak tangannya, tidak melihat tangan kirinya, dan ia berhalusinasi.
Namun, ketika dibangunkan, ia tetap mengatakan bahwa ia ingin sekali merasakan tidur yang benar-benar lelap. Saya katakan, “Nanti di rumah kau bisa melakukannya.”
Selesai sesi dengan Dodi, Husni kemudian menyediakan diri menjadi subjek berikutnya. Ia punya masalah tidak bisa rileks ketika bicara di depan orang banyak, padahal itu pekerjaannya. Ia bekerja memasarkan sebuah produk dan untuk itu ia harus sering melakukan presentasi.
Kepada Husni, yang ingin dihipnotis, saya menanyakan apakah ia sudah pernah dihipnotis sebelumnya.
“Pernah,” katanya, “tapi tidak bisa trance.”
“Oleh siapa?” tanya saya.
“Dia,” katanya sambil menunjuk Dodi.
“Padahal kau ingin mengalami trance?”
“Ya.”
“Kenapa tidak kaulakukan?”
“Tidak bisa, Pak.”
“Bukankah ia menghinotismu agar kau bisa mengalami trance?”
“Ya.”
“Dan kau saat itu benar-benar ingin mengalami trance?”
“Ya.”
“Tapi tidak bisa?”
“Ya.”
“Apa yang dilakukannya saat itu?”
“Dia meminta saya merentangkan tangan dan kemudian mensugesti ada beban di tangan saya sehingga tangan saya akan terasa berat dan bergerak turun.”
“Dan bagaimana kaurasakan tanganmu?”
“Tidak terasa berat.”
“Oh, sepertinya kau menolak diberi beban?”
“Mungkin begitu, Pak.”
“Beban hidupmu sudah terlalu berat, Husni, sehingga kau menolak diberi beban tambahan?”
Ia tertawa.
“Sekarang kau tetap ingin mengalami trance. Kenapa?”
“Katanya enak, Pak.”
“Ya, katanya enak... Dan kau tidak mau diberi beban karena itu tidak enak. Begitukah?”
“Ya, Pak.”
“Kau tadi bilang ingin bisa percaya diri ketika bicara di depan orang banyak....”
“Ya, Pak.”
“Apa yang kaurasakan ketika bicara di depan orang banyak?”
“Kadang-kadang blank, Pak. Tidak tahu apa yang harus dikatakan.”
“Sekarang kau bisa memejamkan mata, mengingat pengalaman bicara di depan orang banyak yang kaurasakan paling menyiksamu....”
Ia memejamkan mata.
“Nanti aku akan bertanya dan kau menjawab dengan mengangguk ya atau menggeleng tidak.... Sekarang, ini pertanyaanku. Kau sudah melihat lagi kejadian itu?”
“Ya.”
“Kau hanya mengangguk.”
Ia mengangguk.
“Dan selagi kau melihat jelas kejadian itu, kau bisa merasakan lagi perasaanmu pada waktu itu?”
Ia mengangguk.
“Kau bilang, pikiranmu blank. Apakah itu yang kaurasakan sekarang saat mengalami kembali kejadian itu?”
Ia mengangguk.
“Dan kau tak tahu harus menyampaikan apa.... Ya, begitu... lihatlah dirimu menyedihkan.... Kau bahkan sudah lupa bahwa tujuanmu melakukan presentasi di depan orang-orang itu adalah untuk meyakinkan mereka, tetapi kau hanya merasakan seperti melayang, kakimu terasa tidak menapak lantai... kau gelisah dan juga sangat malu... mukamu memerah dengan sendirinya... Dan itu situasi yang membuatmu frustrasi. Apakah begitu?”
Ia mengangguk.
“Dan pikiranmu frustrasi?”
Ia mengangguk.
“Dan kau, Husni, tidak tahu sama sekali apa yang harus kaulakukan agar bisa merasa sedikit lebih nyaman. Benar begitu?
Ia mengangguk.
“Dan sekarang kau meminta hipnosis kepadaku karena percaya aku bisa membuatmu merasakan kenyamanan. Begitu bukan?”
Ia mengangguk.
“Oke, Husni, sekarang tidurlah.... ya, tidur.... segera saat kau bisa menikmati kenyamananmu, kau bisa menikmati tidurmu. Ya, seperti itu.... Dan aku bicara kepadamu. Dan karena kau meminta aku menghipnotismu, maka kau hanya mendengar suaraku. Itu dasar bagi kesepakatan kita. Jika kau setuju, kita lanjutkan....”
Ia mengangguk.
“Bagus.... Kautahu ada suara anak-anak di jalanan, ada suara motor melintas, ada suara televisi di sebelah sana.... dan kau hanya mendengar suaraku karena aku bicara memenuhi permintaanmu sendiri... hanya mendengar suaraku... dan itu mudah disepakati, bukan?”
Ia mengangguk.
“Bagus.... Sekarang pertahankan kenyamananmu. Bukankah pengalaman semacam ini yang ingin kaurasakan?”
Ia mengangguk.
“Dan karena ini pengalaman pertamamu, maka aku perlu memberi tahu bahwa kau bisa membuat tidurmu semakin lelap dengan cara mudah karena kau bisa menarik nafas panjang... ya, seperti itu.... dan menghembuskannya panjang... ya, begitu... terus seperti itu.... menarik dan menghembuskan nafas panjang....
“Sekarang inilah yang perlu kusampaikan kepadamu... setiap kali kau menghembuskan nafas panjang, kau membuat tidurmu semakin lelap... semakin lelap.... ya, begitu.... semakin lelap setiap kali kau menghembuskan nafas panjang....
“Dan semakin lelap, sangat lelap... terus begitu sampai suaraku hilang dari pendengaranmu... ya, begitu... sampai suaraku hilang dari pendengaranmu. Ini hal yang setiap hari kaualami ketika tidurmu sangat lelap. Semua suara hilang dari pendengaranmu karena tidurmu semakin lelap... sangat lelap....
“Dan sekarang kau bahkan tidak mendengar suaraku... sebab suaraku juga hilang dari pendengaranmu. Hanya bawah sadarmu tetap terjaga, dan ia selalu bisa menangkap suaraku meski kupingmu kehilangan suaraku.
“Sekarang, apakah tidurmu sudah sangat lelap?”
Ia mengangguk pelan, berulang-ulang. Saya membiarkannya tidur lelap, dan memintanya bangun sendiri ketika ia sudah merasa tidurnya cukup, sementara saya melanjutkan pembicaraan dengan yang satunya soal hipnosis.
Saya kira cerita di atas bisa menjadi Pendahuluan yang tepat untuk sebuah panduan tentang bagaimana memahami dan menerapkan Ericksonian Hypnosis. Dan kita akan memulai dengan terlebih dulu membereskan simpang siur pandangan orang tentang hipnosis. Untuk itu saya akan meringkaskan beberapa pandangan Milton Erickson menyangkut kesalahkaprahan orang tentang hipnosis. Saya kira ini penting disampaikan di awal agar selanjutnya kita beres dalam mendalami hipnosis. Sekarang, silakan ke bab berikutnya, kita bicara tentang beberapa kesalahkaprahan tentang hipnosis menurut Erickson.
A.S. Laksana
Situs: http://www.1ericksonHipnotis.com
Blog: http://tranceformasi.blogspot.com